AREA PASANG IKLAN MURAH

Anda ingin beriklan ?

HALAMAN MUKA

Thursday, January 20, 2011

YANG LAGI TREND : LEBIH BAIK JADI PENGEMIS....????; ANEH YA...???

Sebenarnya aku ingin menulis tentang pengemis yang kurasa populasinya semakin bertambah saja di tiap perempatan jalan , sudah nambah pemandangan kumuh kota, juga sering membuat macet jalanan.
Namun...ternyata sulit juga menumpahkan uneg-uneg dalam benak ini kebentuk visual berupa tulisan , dan malah dapat ini...sebuah tulisan bagus tentang pengemis, yang pas banget dengan apa yang ada dibenak; yaaaa......daripada susah-susah nulis, lebih baik tinggal aku share saja khan....???; ini sumber tulisannya : http://sosbud.kompasiana.com/2010/06/22/ramai-ramai-jadi-pengemis

RAMAI-RAMAI JADI PENGEMIS

Tahukah Anda profesi apakah yang paling menjanjikan dan prospektif menghasilkan banyak uang di zaman sekarang? Jawabannya adalah menjadi “Pengemis”. Jadilah pengemis maka kau akan kaya! Anda mungkin tidak percaya, tapi jenis-jenis pengemis berikut ini menjadi bukti bahwa mengemis lebih mudah menghasilkan banyak uang daripada menjalani jenis pekerjaan yang sudah ada selama ini. Berikut ini adalah jenis dan tipe pengemis di sekitar kita:

1. Pengemis konvensional

Jenis pengemis ini gampang kita jumpai di perempatan lampu lalu lintas, pasar, pertokoan, tempat jajan. jalanan atau ada yang menjemput bola datang ke rumah-rumah. Dengan modal sedikit, hanya memadu-padankan pakaian dan tampilan sehingga tampak mengenaskan bila dilihat orang. Semakin mengenaskan dandanan yang dipakai, semakin banyak orang yang bersimpati melemparkan uangnya. Hasilnya lumayan, menurut pengakuan salah satu pelaku pengemis jenis ini setiap hari paling sepi atau apes-apesnya bisa mendapatkan uang minimal Rp 50.000,-. Jumlah nominal yang lebih besar bila dibandingkan dengan tukang bangunan yang hanya mendapatkan Rp 30.000,- sehari kerja, atau buruh tani yang hanya ditukar tenaganya dengan seliter atau dua liter beras. Bahkan di salah satu desa di daerah Jawa Barat bagian utara, yang terkenal dengan sebutan kampung pengemis, berdiri megah bangunan rumah dan gedung-gedung yang ditumpuk dari hasil menengadahkan tangan di jalan-jalan ibu kota.

2. Pengemis profesional.

Pelaku pengemis jenis ini sebenarnya banyak sekali kita temui tapi sedikit yang berani menunjukkan hidungnya. Biasanya didominasi oleh orang-orang yang pandai memanfaatkan kesempatan. Berkedok menawarkan jasa bisa melicinkan suatu perkara atau urusan melalui kepintaran, keahlian dan profesionalitasnya. Inilah pengemis yang berganti nama dengan “Markus” atau “Mafia” di lembaga-lembaga publik. Sebenarnya mereka lebih aman tetap memakai nama pengemis daripada merubah nama sedikit keren namun akhirnya dikejar-kejar oleh aparat berwajib atau Satgas anti Markus dan Mafia.

Salah satu contoh praktisi pengemis profesional ini adalah Gayus Tambunan dkk. Mereka mengemis imbalan dari perusahaan-perusahaan penderma yang membayar sodaqoh salah alamat. Harusnya masuk ke dompet dhuafa pajak negara, tapi malah memilih menyedekahkan sebagian hartanya ke kantong Gayus dkk. Bukannya mengatasi masalah tanpa masalah, tapi mengatasi masalah nambah masalah.

Hasil harta yang diperoleh dari menjadi pengemis jenis ini sungguh spektakuler. Lima kantong baju dan celana tidak cukup menyimpannya, butuh lima bank, lima rekening dan lima deposit box untuk menyimpannya. Pengin jadi jadi miliarder seperti “Gayus The 104M Man?” Jadilah pengemis profesional!

3. Pengemis institusional.

Untuk jadi pengemis jenis ini butuh modal yang tidak sedikit, tapi kalau sukses dan berhasil hasilnya juga tidak sedikit. Pengemis ini tampak lebih rapi, berpenampilan necis, berjas dan berdasi mahal. Siapa saja bisa menjadi pengemis jenis ini. Syaratnya cukup mengemis suara rakyat. Siapa saja yang pandai merayu, membujuk, mengemis dan meminta belas kasihan rakyat akan terpilih menduduki kursi empuk ini.

Ketika sudah menduduki anggota Dewan Pengemis Rakyat, bisa langsung melancarkan jurus-jurus dan taktik jitu pengemisan. Diantaranya: mengemis fasilitas lengkap dan mewah, mengemis dibangunkan gedung yang lebih indah dibandingkan ‘Menara Pizza Senayan’, mengemis dana aspirasi, dan mengemis anggaran-anggaran lain yang memungkinkan untuk dilegalisasi agar hasil pengemisannya bisa disulap jadi halal dan sah. Kas kotak amal negara yang dikumpulkan gotong-royong oleh para buruh, petani, tukang becak, dan pekerja halal lainnya dari Sabang sampai Merauke diincar agar bisa berpindah ke kotak pribadi atau partai. Mengemis kotak amal rakyat miskin, sungguh teganya, teganya,teganya…

4. Pengemis Idola

Pengemis jenis ini banyak digandrungi kawula muda zaman sekarang. Cukup memiliki bakat yang lebih dan unik. Jaminan popularitas, banyak penggemar dan peningkatan materi akan didapat. Ini adalah jalan pintas, resep instan meraih kesuksesan dan keterkenalan. Setiap orang jadi lebay pingin eksis. Kata sebuah iklan, “Pengin eksis, jangan lebay plis..”. Kalau semua orang pengin jadi artis, lalu siapa yang jadi penggemarnya? Bukankah seorang public figure akan eksis kalau banyak fansnya. Lalu apa yang akan terjadi bila semua fans jadi public figure, terjadi kekurangan pemuja kali!

Lalu mengapa jalan menuju kemuliaan dan ketenaran itu masuk kategori pengemis? Bukankah sering kita dengar dari pengakuan dan mulut mereka sendiri, “Hai warga Semarang, Jakarta dan seluruh rakyat Indonesia dukung aku ya.. ketik NN [spasi] NAMA kirim ke 9288!”. Bukankah mereka mengemis sms dan uang Anda untuk dipilih? Bahkan kepala daerah pun pada latah memerintahkan rakyatnya mendukung program pengemisan sms itu. Itulah cara mengemis elit para Idola.

Bagaimana bangsa ini bisa maju dan bermartabat kalau rakyatnya dididik dan digiring untuk ramai-ramai jadi pengemis? Mulai dari pejabat dan rakyat memiliki mental pengemis. Kalau semua jadi pengemis lalu siapa yang jadi pemberi? Bukankah pemberi lebih mulia dibandingkan peminta-minta? Bukankah harta orang yang tangannya di atas akan selalu ditambah, sementara tangan di bawah selalu kurang hingga dia terus menengadah?

Sungguh indah ungkapan baginda Nabi yang mengatakan, “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”. Menjadi penderma selalu lebih mulia dibandingkan menjadi peminta-minta. Derajat orang yang memberi lebih tinggi daripada orang yang meminta. Berbahagialah wahai saudaraku engkau lebih mulia dengan tidak jadi pengemis. Walaupun pintu rejekimu sempit, engkau selalu lebih kaya bila tanganmu selalu di atas. Sedekah yang kau jatuhkan ke tangan orang yang di bawah akan mengantarkanmu ke singgasana tuan dan raja. Harta yang kau terima dari meminta-minta tidak akan pernah cukup walau ditumpuk setinggi gunung Himalaya. Siapa masih mau jadi pengemis??…

No comments:

Post a Comment